Rabu, 03 November 2010

DESKRIPSI KITAB SUCI ISLAM TENTANG KIAMAT



Saya sempat khawatir terhadap merebaknya fenomena ‘ujian’ yang dihadapi oleh bangsa kita. Mulai dari Tsunami, Gempa, dan yang sedang hangat adalah Meletusnya Gunung Merapi. Tak hanya itu beberapa gunung lainnya pun ikut-ikutan meningkatkan aktivitasnya, sehingga menjadi awas dan waspada. Apa yang lebih mengkhawatirkan? Sebenarnya sebagian kalangan termasuk saya, lebih mencemaskan bencana global yang terlanjur menggejala seiring bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Ya, mereka bilang dunia sudah menua dan akan terjadi kiamat segera.
Deskripsi tentang Kiamat telah dikupas sejumlah agama, dan memberi kesimpulan bahwa Kiamat akan memusnahkan Human Race, Ras Manusia di Bumi. Namun maaf sekali untuk membatasi masalah ini, saya hanya akan melihat khusus dari perspektif Kitab Suci Muslim saja.

Istilah Kiamat dalam bahasa Indonesia sebetulnya kurang tepat diartikan oleh kita semua. Kiamat diambil dari bahasa Al Qur’an atau bahasa Arab, dari asal kata “Qiyam” yang artinya “berdiri” atau “bangkit”. Nah, dalam bahasa Al Qur’an, makna “Al Qiyaamah” adalah “Kemusnahan makhluk di Bumi” secara umum disebut “As Sa'ah”, nama lain misalnya “Al Qaari'ah” artinya “The Great Shock” atau “Al Waaqi'ah” artinya “Global Disaster”. Ini disebut TAHAP KE-1.
TAHAP KE-2 adalah ” ketika tulang belulang manusia hingga jarinya disusun kembali dengan ketelitian yang tinggi, bangkit kembali, dan kemudian pindah kedimensi lain, tiba-tiba semua makhluk berdiri menunggu dipadang yang sangat luas - Pengadilan Akhir”.

Mayoritas Muslim memiliki interpretasi bahwa yang disebut KIAMAT adalah kehancuran Alam Semesta, seluruh Jagad Raya, ini diyakini semenjak ratusan tahun yang lalu mungkin ribuan tahun yang lalu. Awalnya termasuk saya juga. Dapat dipahami, karena para Ulama dan para guru agama baik disekolah maupun di Masjid-masjid mengajarkan demikian termasuk para penulis buku Islam.
Namun ketika kita teliti terhadap belasan surat dalam Al Qur’an dengan latar belakang astronomi dan astrofisika , maka kita akan mendapat kesimpulan bahwa musnahnya umat manusia di Bumi berkaitan dengan “sekaratnya Bintang Matahari” yang mulai kehabisan Hidrogen bahan bakarnya. Terbaca jelas pada surat At Takwir (Menggulung / Berakhir), ayat 1 (The Folded Up, 81:1); Bahwa karakter yang ditunjukkan adalah sekarat hingga padamnya Matahari.
Singkat kata, Ustadz Arifin menjelaskan; bahwa Al Qur’an menggambarkan As Saa'ah, proses musnahnya manusia dan sekaratnya Matahari sebagai berikut (dalam terjemahan bebas):

Tahap 1:
Ketika Bumi berguncang dan benar-benar berguncang, demikian pula planet-planet berguncang sekeras-kerasnya kesemua arah. Ketika itu langit lemah (keseimbangan antara gaya nuklir Matahari dengan gaya gravitasinya terganggu). Dan langitpun terbelah (atmosfir pecah). Apakah yang kau ketahui tentang The Great Schock (Al Qaari'ah: Peristiwa yang memukul jantung)? Yaitu - pada HARI dimana Manusia diterbangkan keangkasa bagaikan anai-anai, dan gunung-gunungpun dihambur-hamburkan bagai bulu domba. Beradu dan hancur. Air lautpun meluap keatas (dan tidak kembali lagi). Isi kuburanpun dibongkar diaduk berkali-kali. Bumi melepaskan segala isinya (keangkasa). Bumipun menjadi gundul dan kosong (tidak ada gunung, bukit, sungai, laut, ataupun tumbuh-tumbuhan lagi – karena semua ditarik keangkasa luar oleh gravitasi Matahari).

Tahap 2:
Bulan disatukan dengan Matahari (dihisap oleh gravitasi Matahari). Dan Matahari digulung (berakhir dan padam sinarnya). Dalam tahap ini manusia menjalani “kehidupan ke-2” sudah pindah kedimensi lain. Sulit dicerna seperti tidak masuk akal, tetapi itulah yang diberitakan Kitab Suci Islam.

Dalam bahasa sains proses tersebut memakan waktu yang lama, misalnya ketika Matahari Menjadi Red Giant (Raksasa Merah) membesar tetapi kehilangan sinarnya hingga padam (White Dwarf) memakan waktu lebih dari 500 juta tahun. Saat mulai Bulan kehilangan sinarnya hingga dihisap Matahari juga memakan waktu puluhan tahun lebih.

Ajaib, penjabaran lengkap tersebut, ternyata serupa dengan simulasi komputer yang dilakukan oleh para astrofisikawan ketika ingin mengetahui, nasib Tata Surya di akhir siklus pertumbuhannya. Terlihat kesimpulan keilmuan yang mereka gunakan sama dengan penjelasan Al Qur’an, Sumber Utama keilmuan generasi Muslim.

Tidak satu atau dua saja, Al Qur’an menggambarkan fenomena alam yang dahsyat. Kitab Suci ini juga, misalnya, menggambarkan fenomena ledakkan Supernova atau Planetary Nebula - "ledakkan yang menghasilkan langit menjadi warna merah mawar seperti kilapan minyak (The Merciful, 55:37) atau Bintang Ganda pada surat Bintang (The Star), yang disebut "Asy Syi'ra" atau Cirius Star“ - hanya ditulis dalam 1 ayat. Lihat notes saya, yang telah saya post waktu lalu.

Lalu kapan As Sa'ah itu terjadi?

Saat Bintang Matahari mulai menipis bahan bakarnya; hidrogennya habis. Hal ini masih cukup lama, jika diukur dengan waktu standar Bumi. - Selanjutnya saya lebih suka menyebut kiamat dengan bahasa arab yang elegan; As Sa’ah. -
Dengan demikian jika ada bencana dahsyat di Bumi sebelum itu, seperti Tsunami, Gempa, Gunung Meletus, Angin Topan – Tornado, tidak akan memusnahkan kehidupan dilingkungan Tata Surya, dan itu berbeda dengan deskripsi “As Sa'ah” sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Suci Muslim, Al Qur’an.

Dalam bahasa agama khususnya Islam. Terjadinya Kiamat (As Sa'ah) tidak diketahui pasti oleh manusia. Namun Tuhan memberi tanda-tanda, baik itu fenomena sosial maupun fenomena alam, yang memberi gambaran bahwa “As Sa'ah” makin dekat. Tanda besar yang diberikan oleh Al Qur’an - salah satunya - adalah “ Keluarnya 'Daabbah' atau (creature) "bisa binatang serangga ataupun binatang yang lebih besar". Sejenis mahluk yang akan mengatakan pada mereka bahwa Kiamat pasti terjadi ” (The Ant, 27:82). Di Indonesia, Kamus Arab – Indonesia, pengertian "Daabbah" menjadi sempit, karena diterjemahkan dengan "binatang melata".

Lalu Kapan Itu Akan Terjadi?

Deskripsi National Geographic: Ketika Bumi usianya senja, maka akan ada peristiwa alam dimana Magnet Bumi melemah atau bahkan mungkin berbalik arah. Fenomena alam yang sangat aneh itu akan menimbulkan gangguan bagi lingkungan hidup di Bumi, termasuk diantaranya sejumlah binatang yang mengandalkan sistem navigasinya – untuk menentukan arah – berdasarkan aliran medan magnet Bumi. Sebut saja, berbagai macam serangga yang sangat kecil, sejumlah jenis burung, ikan, dan lebah sangat bergantung pada system navigasi ini. Gangguan medan magnet Bumi yang mendekati nol menyebabkan perilaku binatang menjadi liar dan ‘dis-oriented’. Misalnya, burung dara, kupu-kupu, lebah madu, penyu laut (caretta carebba), lumba-lumba, paus, ikan salmon, udang besar, dan tikus tanah Zambia. Reaksi awal adalah muncul dari sarangnya. Semua keluar dari sarang nyaman mereka.

Sedang, fenomena sosial yang akan ditunjukkan sebelum Kiamat, merujuk pada Hadist Nabi; catatan perkataan Nabi yang diceritakan kembali oleh sahabat. Hadist Riawayat Muslim, antara lain: (1) Musnahnya peradaban manusia (2) Hilangnya agama-agama dunia, dan (3) Ka’bah, Kiblat Muslim, hancur rata dengan tanah.
Hancurnya peradaban manusia, salah satunya karena peperangan besar, ada yang menyebut Nuclear War yang akan terjadi di Bumi, dalam beberapa riwayat diberitakan, manusia akan kembali ke "jaman besi". Oleh karena itu kita bisa bertanya. Bukankah sekarang ini kita masih mengenal agama-agama dengan baik? Ada Hindu, Budha, Yahudi, Nasrani dan Islam. Bukankah peradaban dunia masih ada? Dan bukankah Mekkah dan Ka’bahnya masih berdiri. Magnet Bumi-pun masih berjalan dengan baik, walaupun ada indikasi melemah, sejak tahun 1987 hingga tahun 2000-an - berkurang sekitar 10 % -.

Dengan demikian, Kiamat Besar (As Sa'ah), yang akan memusnahkan umat manusia – datangnya - masih sangat lama. Tetapi bencana (Kiamat) kecil dan sedang, seperti bencana alam, musibah dan kematian, datang sewaktu-waktu. Termasuk hari ini, gunung Merapi Meletus dan terjadi Tsunami di Mentawai. Itulah yang nyata dihadapi sekarang.
Ditulis Ulang memperingati Meletusnya Gunung Merapi di Jawa dan Terjadinya Tsunami di Mentawai Sumatra.
Mudah-mudahan Allah senantiasa menguatkan Iman kita, sehingga Hanya padaNYA lah kita wajib percaya. Saya Tutup dengan ucapan Alhamdulillah. Allahu Akbar!

Karanganyar Demak, 03 November 2010
Noor Muhammad Arief

Selasa, 02 November 2010

Menulis Bisa Menyehatkan?

Menulis Bisa Menyehatkan?
“Menulis Lebih Baik ketimbang Operasi Pengencangan Kulit Wajah”

Oleh: Noor Muhammad Arief

Dunia pemikiran Islam modern, menjumpai seorang penulis wanita terkenal; -namun tulisan-tulisannya kadang-kadang ‘menggugat’ banyak hal-, dalam kalimat yang lebih halus; ‘mempertanyakan’ banyak hal.

Dalam banyak tulisannya, dia membawa pembaca bukunya, paling tidak untuk sekedar ikut bertanya juga. Penulis tersebut adalah, Fatima Mernissi.

Wanita yang lahir di Fez, Maroko, mempelajari ilmu politik dan sosiologi di Universitas Mohammad V, dan kemudian mengajar di universitas tersebut sejak 1974 hingga 1980. Karya-karyanya lebih banyak ditulis dalam bahasa Perancis dan Arab. Diantara karyanya yang diterbitkan dalam behasa Inggris adalah Beyond the Veil, Doing Daily Battle, Women and Islam, The Forgotten Queens of Islam, Islam and Democracy, dan Dream of Trespass.

Diantara karya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris juga telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Sebuah penerbit di Jerman, tak mau ketinggalan dalam mengekpos karya Mernissi, penerbit tersebut mengumpulkan sejumlah karya Mernissi dalam sebuah bunga rampai dan memberinya judul Women’s Rebellion and Islamic Memory. Karya ini terbit pertama kali di Jerman pada 1993 dan muncul versi Inggrisnya pada 1996.

Dalam setiap karyanya Mernissi, memberikan paparan yang cukup panjang dan tak lupa cukup ‘tajam’. Selepas dia menulis data, dia-pun lantas menyusulinya dengan pelbagai pertanyaan yang menyentak. Menulis, bagi Mernissi, sepertinya dijadikan curahan hati dari apa saja yang mengganggu pikiran dan perasaannya. “Selama bertahun-tahun saya bertanya-tanya,” tulisnya, “Mengapa sikap kami yang sederhana dan tidak menonjolkan diri, pasrah bagaikan hewan korban, senantiasa menjadi satu-satunya obsesi mereka?”

Terlepas dari pembahasan siapa kami dan siapa mereka, memang kita tidak akan melanjutkan pembahasannya. Tapi Mernissi memang menjadikan satu noktah sebagai titik pijak untuk mencari landasan tentang menulis bisa menyehatkan lantaran – didalam buku yang yang akhirnya diterbitkan oleh Mizan dengan judul Pemberontakan Wanita!: Peran Intelektual Kaum Wanita dalam Sejarah Muslim (Mizan, 1996) itu – di dalam salah satu babnya, dia mengungkapkan sesuatu yang menarik untuk kita cermati bersama.

Judulnya-pun unik: “Menulis Lebih Baik ketimbang Operasi Pengencangan Kulit Wajah”. Mernissi langsung saja berpesan kepada pembacanya, ‘Usahakan menulis setiap hari’. Niscaya, kulit anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa! Dari saat anda bangun menulis akan meningkatkan aktivitas sel. Dengan coretan pertama diatas kertas kosong, kantung dibawah mata anda akan segera lenyap dan kulit anda akan terasa segar kembali. Dahsyat!

Dibelahan dunia yang lain, kita temukan rumusan analisis yang dilakukan oleh seorang psikolog; melakukan penelitian selama lima belas tahun tentang pengaruh upaya membuka diri terhadap kesehatan fisik, menerbitkan sebuah buku berjudul Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions. Buku ini membahas bagaimana upaya mengungkapkan segala pengalaman yang tidak mengenakkan dengan kata-kata bisa mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan kesehatan tubuh seseorang. Buku ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya sebagai peneliti, bukan sebagai dokter atau terapis, tulis Pennebaker di awal ‘Prakata’ untuk buku karyanya.

Secara singkat, James W. Pennebaker mengemukakan bahwa menulis tentang hal-hal yang negatif akan memberikan pelepasan emosional yang membangkitkan rasa puas dan lega. Kata-kata ini didukung oleh hasil penelitiannya: orang-orang yang menuliskan pikiran dan perasaan terdalam mereka tentang pengalaman traumatis, menunjukkan peningkatan fungsi kekebalan tubuh dibandingkan dengan orang-orang yang menuliskan masalah-masalah remeh temeh.

Dalam tulisannya, masih berkaitan dengan penelitian Dr Pennebaker; manfaat menulis adalah:
1. Menulis menjernihkan pikiran
2. Menulis mengatasi trauma
3. Menulis membantu membantu mendapatkan informasi baru
4. Menulis membantu memecahkan masalah
Seorang dokter saja menganjurkan untuk menulis loh!

Singkatnya, menulislah tentang hal-hal tentang apapun, positive atau negative; tentunya akan memberikan pelepasan emosional, dan membangkitkan rasa puas dan lega. Hal-hal yang dahsyat yang kita tulis akan menemukan ‘roh’nya sendiri. Suatu ketika setelah terlepas dari sejumlah permasalahan atau hal-hal yang dahsyat, terkenanglah semua tulisan ketika terbaca ulang, bahkan akan menjadi sangat kuat, karena terekam dengan baik di otak.

Bahkan, jika tulisan-tulisan dahsyat kita, menjadi konsumsi khalayak ramai, maka sepatutnya-lah yang sehat bukan hanya tubuh, fikiran, dan sikap kita, namun financial kita juga akan terpenuhi; yang artinya Sangat Sehat. Nah, kapan lagi kita harus menulis? Untuk menjadi penulis besar, maka wajib memulainya dari sekarang, sehingga hanya Tuhanlah yang memastikan dan mengindahkan semua tulisan dan kehidupan kita.

Terakhir, jangan menunda untuk menulis dan menuangkan ide-ide yang hebat. Buatlah diri kita menjadi penyebab kebaikan semua orang yang hebat. Yang artinya, kita sendiri telah hebat, sebelum mereka. Dengan menulis mulai dari sekarang, saya katakan pada sahabat: Anda Hebat!

Salam Semangat Menulis!